Suruhlah anak-anak kalian untuk shalat


Shalat adalah ajaran dan amalan terpenting dalam Islam. Shalat juga satu-satunya kewajiban dalam Islam yang wajib diperintahkan kepada orang yang belum wajib melakukannya. Adalah Rasulullah saw yang mengisyaratkan hal itu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Abu Daud, Ad-Daruquthni, Al-Hakim, Baihaqi, dan Ahmad, Rasulullah saw menegaskan, “Suruhlah anak-anak kalian untuk shalat bila mereka telah berumur 7 tahun. Pukullah mereka karena tidak shalat bila telah berumur 10 tahun. Pisahkanlah mereka dari tempat tidur kalian.”
Dalam Islam, usia minimal baligh adalah 9 tahun. Setelah mencapai usia ini, maka seorang anak telah dinilai dewasa dan mandiri di hadapan Allah swt. Seluruh tingkah laku dan amal perbuatannya menjadi tanggung jawabanya sendiri. Dia mulai menorehkan pahala untuk kebaikan yang dilakukannya, dan dosa untuk maksiat yang diperbuatnya. Namun berkenaan dengan perintah shalat, hadits di atas menyebut angka 7 tahun sebagai permulaan pembelajaran shalat. Dengan kata lain, shalat wajib diajarkan kepada anak-anak kecil yang belum baligh, minimal ketika mereka sudah menginjak 7 tahun. Kewajiban mengajarkan shalat kepada anak yang belum wajib melakukannya menunjukkan betapa pentingnya shalat dalam kehidupan seorang muslim. Shalat wajib diajarkan meskipun belum wajib dikerjakan.
Lalu bagaimana shalat seharusnya diajarkan? Merujuk pada hadits shalat di atas, maka pembelajaran shalat dapat diurutkan  ke dalam tiga fase, yaitu fase 0 – 7 tahun, fase 7 – 10 tahun, dan fase 10 – dewasa.
Fase 0 – 7 tahun
Fase ini merupakan fase yang sangat menentukan dalam pembelajaran shalat. Target pembelajaran pada fase ini adalah
mengenalkan shalat kepada anak, dan mengenalkan kepada siapa shalat dilakukan. Sebagai fase pengenalan, pembentukan motivasi adalah porsi terbesar yang harus diberikan kepada anak. Pada tahap inilah motivasi-motivasi spiritual kepada anak ditanamkan. Selain mengenal shalat, dengan motivasi spiritual anak juga akan mengenal Allah swt yang kepada-Nya shalat dilakukan. Pada tahap ini anak belum diberi hukuman bila tidak shalat, sebab kalau pun tidak shalat anak belum dinilai berdosa atau membangkang terhadap Allah swt.
Hal-hal yang perlu dikenalkan mengenai shalat kepada anak dimulai dari adanya ibadah shalat dalam Islam, nama-nama shalat, waktu shalat, bilangan rakaat shalat, tempat shalat, dan tata-cara shalat. Pengenalan ini adalah upaya membentuk kesiapan anak sehingga ketika dia mencapai usaia 7 tahun dan mulai diperintah shalat, anak sudah memiliki kesiapan secara mental dan emosional. Dengan demikian perintah shalat pada fase itu, bukan lagi sebatas doktrinasi yang otoriter, namun penyadaran akan motivasi yang telah dibangun selam 3 – 4 tahun lamanya.
Namun demikian, yang terpenting harus dikenalkan sejak dini kepada anak pada fase ini adalah jawaban dari mengapa harus shalat dan kepada siapa shalat dipersembahkan. Melalui metode dialog yang penuh keakraban anak dikenalkan tentang peranan-peranan  Allah swt dalam hidupnya. Bahwa Allah swt adalah penciptanya, yang memberinya anggota tubuh lengkap, yang menjaganya dari bencana, yang memberinya rejeki sehingga bisa makan, minum dan berpakaian, merupakan kata-kata kunci mengenalkan Allah swt pada anak. Selanjutnya shalat dikenalkan kepada anak sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah swt yang telah begitu baik kepadanya. Shalat adalah kendaraan yang akan membawa anak bertemu Allah swt, seperti juga dia berkendaraan mobil untuk bertemu dengan keluarga atau tempat yang disenanginya. Kalimat-kalimat tersebut adalah contoh bagaimana shalat dikenalkan kepada anak sebagai sesuatu yang perlu dan menarik untuknya. Kalimat-kalimat dialog ini dapat dikembangkan dengan memperhatikan pola pikir dan perkembangan mental anak.
Karena fase ini lebih berorientasi pada pengenalan shalat maka motivasi materil, intimidasi, dan hukuman sangat penting untuk dihindari dan dijauhkan dari pembelajaran shalat kepada anak. Motivasi materil seperti shalat lah nanti Ayah beri uang, Ayo shalat nanti Ibu belikan mainan, dan sejenisnya akan merusak pemahaman anak tentang shalat. Motivasi seperti ini sangat berbahaya bagi anak, karena bukan spiritualisasi yang dibangun, melainkan materialisasi. Begitu pula mengintimidasi anak dengan hukuman atau bahkan menghukumnya karena tidak shalat, akan berakibat pencitraan shalat sebagai beban berat dan menakutkan bagi anak. Dialog dan pengenalan, adalah kata kunci pada fase ini.
Bagaimana bila dengan dialog dan pengenalan itu, anak tidak serta merta melakukan shalat? Harus diakui masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir instan dan menempuh cara-cara yang instan pula. Mengadopsi istilah dalam pembelajaran bahasa, setiap anak akan mengalami sebuah proses yang disebut dengan silent periode atau masa sunyi. Pada masa sunyi ini anak menangkap informasi, menyimpannya dalam ingatan, dan mengolahnya menjadi sebuah konsep, dan mengubahnya menjadi sebuah potensi. Setelah masa ini terlewati, maka anak akan masuk ke dalam periode bunyi, di mana dia mulai menunjukkan respon terhadap motivasi yang telah diterimanya.
Konsep silent periode dapat juga dianalogikan dengan menyiram bunga. Bunga yang disiram tidak serta merta memunculkan bunga atau langsung mekar, melainkan diisapnya dulu air siraman itu, diendapkan dan diolah menjadi energi. Selang beberapa hari, barulah berbunga, mekar, dan menebar pesona. Seperti itulah seharusnya pembelajaran shalat kepada anak dipahami. Dalam konteks pembelajaran shalat, dialog dan pengenalan itu akan berbekas dalam diri anak untuk masa depannya. Anggaplah fase 0 – 7 ini adalah silent periode anak dalam mengenal dan memahami shalat. Bersabar dan berpikir positif tentang anak akan sangat membantu orang tua dalam menjalani periode ini.
Dengan pengenalan dan motivasi spiritual sebagai target pembelajaran, maka penguasaan fiqih shalat tidak menjadi ukuran komitmen anak terhadap shalat. Dalam fase ini sangat mungkin cara anak shalat masih sangat kacau, jauh dari tata cara shalat yang benar. Hal seperti ini tidak lah menjadi masalah sebagai upaya pengenalan. Sekadar mau shalat pada fase ini adalah prestasi anak yang patut diapresiasi. Pengenalan fiqih shalat yang terlalu dini, apalagi dengan pendekatan yang kaku dan instruktif, malah akan membuat anak resistan terhadap ajakan shalat.

Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa




KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi allah rob semesta alam atas segala nikmat, karunia dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tuga makalah ini. Sholawat beserta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita Nabi besar Muhammad SAW, beseta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya.
    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian makalah ini masih sangat banyak kekuranagn dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kemajuan penulis dalam menyusun makalah yang selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan umumnya kepada para pembaca sekalian.

Wasalamu`alaikum Wr. Wb.


 I. PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
 

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
 

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
 

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
 

Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar.
 

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
 

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
 

Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran maka penulis tergugah untuk menulis dan menguraikannya sehingga makalah ini penulis beri judul "Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa".
 

B. Identifikasi Masalah
 

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut :
 

1. Benarkah pendidikan dapat menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan pengajaran ?
 

2. Adakah Interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) ?
 

3. Apakah komponen-komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ?
 

4. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?
 

5. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?
 

6. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?
 

7. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ? 

8. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?
 

C. Pembatasan Masalah
 

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus maka penulis batasi pada point 4,5,6,7 dan 8 dari identifikasi masalah di atas yaitu :
 

1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?
 

2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?
 

3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?
 

4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?
 

5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?
 

D. Rumusan Masalah
 

Berdasarkan latar belakang, Identifikasi dan batasan masalah maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
 

1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?
 

2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?
 

3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?
 

4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?
 

5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?
 

E. Tujuan Penulisan Makalah
 

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan bagi para pembaca, bahwa betapa pentingnya metodologi mengajar dikuasai oleh pendidik, dan diusahakan metodologi yang dimiliki pendidik pada saat praktek disesuaikan dengan tipe belajar siswa, sehingga diharapkan materi yang kita sampaikan terekam dan tercerna oleh peserta didik, dan dapat ditunjukan oleh mereka pada sikap dan prilaku dalam kesehariannya.
 

II. PEMBAHASAN
 

A. Pengertian
 

1. Pengertian Tipe
 

Tipe : sikap, gerak, gerik, lagak yang menandai ciri seseorang, atau gerakan tertentu yang diatur untuk menarik perhatian orang lain.
 

2. Pengertian Belajar
 

² Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami.
 

² Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.
 

² Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simplyascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme. 

² Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
 

² Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .
 

² Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
 

² Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
 

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
 

Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.
 

3. Pengertian Siswa / Peserta Didik
 

² A person registrered in an education and pursuing a course of study (Seseorang yang terdaftar pada sebuah lembaga pendidikan dan mengikuti suatu jalur studi). Asa S. Knowles, Editor-in-Chief, The International Encyclopedia of Higher Education, Volume 1, 1977.
 

² A student is a man or woman, who knows how tp read books. (Seorang peserta didik adalah seorang pria atau wanita yang mengetahui cara membaca buku-buku). The Future of The Indian University
 

² Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan (Aminuddin Rasyad, 2000 : 105)
 

² Peserta didik atau siswa atau murid atau terdidik.
 

Siapa dan bagaimana peserta didik itu ?
 

1) Peserta didik sebagai individu / pribadi ( manusia seutuhnya ) :
 

Individu ini diartikan "Seseorang yang tidak bergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat dan keinginan sendiri ( Abu Ahmadi, 1991 ; 39 )
 

Untuk itu peserta didik harus dipandang secara filosofis, yaitu menerima kehadiran keakuannya, keindividuannya, sebagaimana mestinya ia ada ( eksistensinya ).
 

2) Peserta didik menurut tahap dan perkembangan umur
 

a. 0 - 7 tahun masa kanak-kanak
 


masa kanak-kanak adalah masa mulai bermain, berkawan, berkomunikasi dengan dunia luar. 

b. 7 - 14 tahun masa sekolah
 

pada usia-usia 12 tahunan biasanya siswa memasuki masa kritis, dimana pendidik harus lebih memperhatikan dan memberi pengertian, serta bimbingan.
 

c. 14 - 21 tahun puberitas
 

masa puberitas terbagi tiga :
 

a) Masa pra puberitas : wanita 12 - 13 th Laki-laki 13 - 14 th
 

b) Masa puberitas : wanita 13 - 18 th Laki-laki 14 - 18 th
 

c) Masa adolesen : wanita 18 - 21 th Laki-laki 18 - 23 th
 

3) Peserta didik menurut status dan tingkat kemampuan.
 

Kata status disini diartikan dengan keadaan peserta didik dipandang secara umum dalam kemampuannya ( kecerdasannya ).
 

Kemampuan peserta didik dapat digolongkan 3 kelompok :
 

a. Peserta didik super normal
 

b. Peserta didik normal
 

c. Peserta didik sub normal
 

Untuk lebih rincinya lihat skema dibawah ini :
 

Genius IQ 140 keatas
 
Super normal Gifted IQ 130 - 140
Superior IQ 110 - 130
Normal dan Normal IQ 90 - 110
Derajat mental Sedikit di bawah
Normal Sub Normal /
Berdoline IQ 70 - 90
Debil IQ 50 - 70
Sub normal Insibil IQ 25 - 50
Idiot IQ 20 - 25

4. Pengertian Tipe Belajar Siswa
 

Dari pengertian-pengertian yang penulis uraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe belajar siswa adalah suatu sikap atau lagak yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, berdasarkan pengalaman yang dialaminya sendiri dengan mempergunakan alat indranya.
 

5. Pengertian Metodologi
 

Metodologi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.
 

6. Pengertian Mengajar
 

² Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ".
 


² Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with students ... A process of interaction . the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. 

² Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah " . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar".
 

² Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
 

² Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
 

a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
 

b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.
 

c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
 

Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercaqpai.
 

7. Pengertian Metodologi Mengajar
 

Dari definisi-definisi metodologi dan mengajar yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
 

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
 

B. Metode Mengajar
 

Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya :
 

1. Metode Ceramah (Preaching Method)
 

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
 

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
 

a. Membuat siswa pasif
 


b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
 

c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
 

d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
 

e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
 

f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
 

g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
 

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
 

a. Guru mudah menguasai kelas.
 

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
 

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
 

d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
 

2. Metode diskusi ( Discussion method )
 

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
 

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
 

a. Mendorong siswa berpikir kritis.
 

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
 

c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
 

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
 

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
 

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
 

b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
 

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
 

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
 

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
 

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
 

c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
 

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
 


3. Metode demontrasi ( Demonstration method ) 

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
 

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
 

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
 

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
 

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
 

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
 

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
 

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
 

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
 

c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
 

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
 

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
 

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
 

c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
 

4. Metode ceramah plus
 

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
 

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
 

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
 

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
 

1). Penyampaian materi oleh guru.
 

2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
 

3). Pemberian tugas kepada siswa.
 

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
 

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
 


c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) 

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
 

5. Metode resitasi ( Recitation method )
 

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
 

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
 

a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
 

b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
 

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
 

a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
 

b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
 

c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
 

6. Metode percobaan ( Experimental method )
 

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
 

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
 

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
 

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
 

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
 

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
 

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
 

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
 

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
 

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
 

7. Metode Karya Wisata ( Study tour method )
 

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
 

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut : 

a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
 

b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
 

c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
 

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
 

a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
 

b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
 

c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
 

d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
 

e. Biayanya cukup mahal.
 

f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
 

8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
 

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
 

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
 

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
 

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
 

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
 

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
 

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
 

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
 

c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
 

d. Dapat menimbulkan verbalisme.
 

9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
 

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan 
maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut. 

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
 

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
 

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
 

Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
 

12. Metode perancangan ( projeck method )
 

yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
 

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
 

a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
 

b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
 

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
 

a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
 

b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
 

c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
 

d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
 

13. Metode Bagian ( Teileren method )
 

yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
 

14. Metode Global (Ganze method )
 

yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
 

C. Perbandingan Ciri Khas Metode Mengajar
 

Metode Sifat Materi Tujuan Keunggulan Kelemahan
 

CeramahDemonstrasiDiskusi Informatif, faktualPrinsipal,faktual,keterampilanPrinsipal, konseptual, keterampilan Pemahaman PengetahuanPemahaman aplikasiPemahamanAnalisis, sintesis,Evaluasi, aplikasi Lebih banyak materi yang tersajiSiswa berpengalamanDan berkesan mendalam.Siswa aktif, berani dan kritis Siswa pasifLebih banyak alat dan biayaMemboroskan waktuDidominasiSiswa yangpintar
 

Metode mengajar yang dimiliki pendidik usahakan divariasikan, agar siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif mungkin. Bagaimana agar yang kita harapkan itu menjadi kenyataan 
? Salah satu solusinya adalah pendidik disamping menguasai beberapa metode mengajar, harus tahu juga tipe belajar para siswanya. Supaya sinkron antara metode mengajar pendidik dengan tipe belajar peserta didik. Artinya metode yang digunakan dalam megajar telah disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik. Misal tipe belajar siswa visual, maka akan lebih mudah dicerna oleh siswa apabila guru mengajar dengan slide, makalah, atau digambarkan langsung di papan tulis. Untuk itu mari kita lihat beberpa tipe belajar siswa . 

D. Beberapa Tipe Belajar Siswa
 

Mengetahui tipe belajar siswa membantu guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa.
 

Beberapa Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :
 

1. Tipe Belajar Visual.
 

Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
 

Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
 

² Bicara agak cepat
 

² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
 

² Tidak mudah terganggu oleh keributan
 

² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
 

² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
 

² Pembaca cepat dan tekun
 

² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
 

² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
 

² Lebih suka musik dari pada seni
 

² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
 

² Mengingat dengan Asosiasi Visual
 

2. Tipe Belajar Auditif.
 

Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat.
 

Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :
 

² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
 

² Penampilan rapi
 

² Mudah terganggu oleh keributan
 

² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
 

² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
 

² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
 

² Biasanya ia pembicara yang fasih
 

² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
 

² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
 

² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
 

² Berbicara dalam irama yang terpola
 

² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
 

3. Tipe Belajar Kinestetik.
 

Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
 

Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik :
 

² Berbicara perlahan
 

² Penampilan rapi
 

² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
 

² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
 

² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
 

² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
 

² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
 

² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
 

² Menyukai permainan yang menyibukkan
 

² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
 

² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
 

4. Tipe Belajar Taktil.
 

Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.
 

Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)
 

5. Tipe Belajar Olfaktoris.
 


Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan. 

Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium
 

6. Tipe Belajar Gustative.
 

Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.
 

7. Tipe Belajar Kombinatif.
 

Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.
 

Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai pendidik hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau mengerti apa yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan seefisien mungkin.
 

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
 

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa
 

b. Faktor ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.
 

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
 

Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, perhatikan bagan di bawah ini :
 

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
 

Ragam Faktor dan Elemennya
 

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa
 

1. Aspek Fisiologis :- Tonus Jasmani- Mata dan telinga2. Aspek Psikologis- intelegensi- sikap- minat- bakat- motivasi 1. Lingkungan Sosial- keluarga- guru dan staf- masyarakat- teman2. Lingkungan Nonsosial- rumah- sekolah- peralatan- alam 1. Pendekatan Tinggi- speculative- achieving2. Pendekatan Sedang- analitical- deep3. Pendekatan Rendah- reproductive- surface
 

G. Hubungan Metodologi Mengajar Dengan Tipe Belajar
 

Beberapa metode mengajar yang telah penulis uraikan di atas sebaiknya dikuasai dan divariasikan oleh pendidik, dengan tujuan pada saat mengajar dipraktekkan langsung, agar siswa yang terdiri dari bebrapa tipe belajar tersebut dapat menyimak, menerima, mencerna dan mengerti, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya perubahan tingkah laku yang positif yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, wawasannya lebih luas, tutur katanya lebih sopan serta gaya hidupnyapun lebih intelek.
 

Metode mengajar jelas erat hubungannya dengan tipe belajar peserta didik, karena dalam proses belajar mengajar yang baik adalah apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Untuk itu maka pendidik harus dapat menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, menggairahkan dan membuat siswa antusias untuk belajar. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Bagaimana cara menciptakannya ?. Perhatikan tipe belajar terbanyak dari siswa yang kita ajar. Jika tipe belajar tebanyak adalah bertipe belajar auditif, maka kita akan tepat jika menggunakan 
metode ceramah atau mendengarkan kaset, tetapi diselingi juga dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), dapat juga dengan memutarkan filmnya agar siswa dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan peserta didik dalam kelas yang tipe belajarnya beragam itu, dapat menyimak, memperhatikan , sehingga terjadilah proses belajar mengajar dan terdapat interaksi dari keduanya. 

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bahwa ini :
 

seorang peserta didik baru saja menerima sebuah bingkisan hadiah berupa kotak, setelah peserta didik membukanya, ternyata kotak itu berisi rumah boneka Barbie dalam keadaan terurai terdiri dari 25 bagian yang terpisah-pisah dilengkapi dengan buku petunjuk setebal 20 halaman untuk membantu peserta didik dalam merangkai rumah Barbie tersebut.
 

¨ Bagaimana peserta didik mengatasi hal ini ?
 

¨ Apakah peserta didik membaca buku tersebut serta bingung dan tidak jelas sampai ia melihat ilustrasinya dan mulai menyambung bagian-bagiannya ?
 

¨ Ataukah sebaliknya, peserta didik merasa bingung dengan rangkaian bagian-bagian itu ? Tetapi setelah peserta didik membaca buku petunjuknya semuanya menjadi sangat jelas?
 

v Jika peserta didik membaca ilustrasi dan akhirnya menjadi jelas bagi peserta didik, maka kemungkinan besar peserta didik tergolong pelajar Visual.
 

v Karena pendidik tahu tipe belajar siswa yaitu bertipe belajar visual, maka alangkah baiknya pendidik menjelaskan materi dengan metode ceramah, dengan menggunakan slide atau dengan menggunakan modul.
 

v Jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan dalam merangkai bagian-bagian tersebut melalui buku petunjuk ataupun melalui gambarnya, kemudian peserta didik menelpon temennya yang membaerikan hadiah tadi dan menjelaskannya melalui telepon bagaimana cara merankainya dan akhirnya menjadi jelas, maka ini berindikasi bahwa peserta didik tergolong pelajar auditif.
 

v Karena peserta didiknya bertipe belajar auditif, maka sebaiknya pendidik pada saat mengajar menggunakan metode ceramah, memutarakan kaset, atau divariasikan antara metode ceramah dengan tanya jawab.
 

v Jika terlihat peserta didik dalam memulai penyelesaian dengan bagian-bagian tersebut secara fisik, mungkin peserta didik tergolong pelajar taktil. Dalam hal ini pendidik harus banyak menggunakan metode demonstrasi disamping metode ceramah atau divariasikan dengan metode latihan keterampilan.
 

gaya belajar Anak


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sebagaimana kedudukanya bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia karena akal yang dimilikinya maka sesungguhnya tidak ada manusia dalam hal ini peserta didik yang bodoh karena semuanya mempunyai akal yang sama,Allah SWT berfirman:

ولقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم
Artinya: Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk
(Qs. At-Tiin : 4 )
 kiranya berangkat dari sinilah kita harus memposisikan siwa sebagaimana adanya artinya bahwa setiap siswa mempunyai keunikan (baca kecerdasan) yang berbeda. Karena keunikan itu pulalah  maka gaya belajar setiap siswa pun berbeda.
Valentine Dmitriev, Ph.D mengatakn bahwa ada dua faktor dalam perkembangan otak manusia yang mnejadikan beberapa orang lebih pandai daripada yang lainya.yaitu keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan adlah warisan sehingga dia tidak berubah. Tetapi sangat banyak yang bisa dilakukan untuk menngoptimalkan faktor lingkungan untuk meningkatkan potensi seseorang.[1]
Kecerdasan  lebih dititikberatkan pada proses untuk mencapai kondisi akhir terbaik[2],dalm proses inilah di perlukan gaya belajar yang sesuai bagi setiap siswa.




[1] Sekolahnya manusia hal:73
[2] Munif  Chatib,sekolahnya manusia hal:77
A.    TUJUAN
Ada beberapa tujuan yang akan dan ningin dicapai setelah mengetahui gaya belajar yang sesuai pada setiap siswa diantaranya:
1.      Agar peserta didik mersa enjoy dalam menyerap pelajaran sehingga hasil yang dicapai optimal.
2.      Memahami karakteristik peserta didik akan memudahkan bagi pengajar (guru) untuk membimbing siswanya kearah perubahan yang lebih baik(prestasi).
3.      Pencapaian kondsisi akhir terbaik yang optimal
4.       Mengatasi keterbatasan belajar di dalam kelas
5.      Mengurangi frustrasi dan tingkat stres siswa
6.      Mengembangkan strategi belajar agar lebih efisien dan efektif

BAB II

PEMBAHASAN

 

I.                   PENGERTIAN GAYA BELAJAR
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata kita memiliki cara belajar dan berfikir yang berbeda-beda. Kita akan merasa lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun orang lain merasa lebih baik dengan membaca dan bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya akan optimal jika kita belajar langsung mempraktekkan apa yang akan dipelajari. Bagaimana cara kita belajar akan sangat mempengaruhi struktur otak kita. Hal inilah yang kemudian kita kenal sebagai Learning Style (Gaya Belajar).
II.                MACAM-MACAM GAYA BELAJAR

Menurut Howard Gardner modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristikan menjadi gaya belajar Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic
a.       Auditory

Orang yang memiliki gaya belajar Auditory, belajar dengan mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan.
Allah SWT berfirman :
....وجعل لكم السََّمع ولأبصار ولأفئِدة لعلّكم تشكرون.
Artinya:
 “dan Dia memberimu pendengaran,penglihatan dan hati agar kamu     bersyukur”(Qs.An-Nahl:78)     
Beberapa ciri seorang Auditory antara lain :
§  Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok
§  Mengenal banyak sekali lagu / iklan TV,
§  Suka berbicara.
§  Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.
§  Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
§  Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
§  Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya.
Strategi untuk mempermudah belajar anak auditory
                        -ajak berpartisipasi dalam diskusi
                          -dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras
                          -gunakan music untuk mengajar anak
                          -diskusikan pelajaran /ide dengan anak secara verbal
                          -merekam pelajaran ke dalam kaset dan mendengarkanya sebelum tidur.

b.      Visual
Orang yang memiliki gaya belajar Visual, belajar dengan menitikberatkan ketajaman penglihatan. Di dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan bagaimana penglihatan (visual) sebagai sarana untuk berpikir.
“…dari perut lebah itu keluar madu yang bermacam-macam warnanya didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia,sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir”.(Qs.An-Nahl:69)
Beberapa karakteristik Visual adalah :
§  Senantiasa melihat memperhatikan gerak bibir seseorang yang berbicara kepadanya
§  Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu
§  Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk mendengarkan orang lain.
§  Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan
§  Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan
§  Biasanya orang yang Visual dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut/ramai tanpa merasa terganggu
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual
                                    -gunakan materi visual(gambar,diagram,peta)
                                    -gunakan warna untuk menandai hal-hal penting
                                    -ajak membaca buku-buku berilustrasi
                                    -gunakan multimedia(computer,video,dll)
                                    -ajak untuk mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
b.      Reading
Orang yang memiliki gaya belajar Reading, belajar dengan menitikberatkan pada tulisan atau catatan. Karakteristik ini benar-benar menempatkan bacaan atau tulisan sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan.
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk membaca dan hal ini adalah perintah ( wahyu) yang pertama di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
إقرأ باسم ربك الذي خلق
Artinya :” Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”.(QS.Al-‘Alaq:1)

Orang yang memiliki gaya belajar Reading biasanya memiliki karakteristik :
§  Suka membaca dan membuat catatan
§  Huruf-huruf indah dan tulisan rapi merupakan hal yang sangat berkesan bagi mereka
§  Mudah mengingat apa yang mereka baca atau tuliskan

b.      Kinesthetic
Orang yang memiliki gaya belajar, Kinesthetic mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Mereka yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dianjurkan untuk belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal bekerja di lab atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya.
Beberapa karakteristiknya adalah
Orang yang memiliki gaya belajar Kinesthetic biasanya memiliki karakteristik :
§  Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya
§  Sulit untuk berdiam diri
§  Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan
§  Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik
§  Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar
§  Mempelajari hal-hal yang abstrak merupakan hal yang sangat sulit
 
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik
            -jangan paksa duduk belajar berjam-jam
            -ajak belajar sambil mengeksplorasi lingkungan
            -Biarkan ia belajar sambil mendengarkan musik
Disamping keempat gaya belajar diatas sesungguhnya menghafal adalah gaya paling baik untuk mengingat pelajaran,karenademikianlah yang dilakukan para ulama-ulama terdahulu,tentunya hal itu diiringi pua oleh niat yang ikhlas untuk belajar.
1.      Imam Syafii
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala.
2.      Imam Nawawi
Selama 2 tahun penuh ia tidak merebahkan badannya ke bumi, melainkan tidur bersandar pada bukunya, selalu sibuk belajar, memperbanyak ibadah seperti shalat malam, puasa setahun penuh, disertai sifat zuhud dan wara'.

 
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Segala upaya yang telah digunakan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan potensi peserta didik, hendaklah didasari oleh niat ikhlas ,sehinga nantinya perkembangan kecerdasan peserta didik tersebut adalah kecerdasan yang bermanfaat.
Dari uraian materi terdahulu dapat disimpulkan bahwa:
1.    Gaya belajar setiap orang berbeda –beda yaitu: auditory, visual ,reading dan kinesthetic.
2.    Pada masing-masing gaya belajar memiliki karakteristik tersendiri
3.    Mengenali gaya belajar sejak dini dapat memudahkan pengajar (guru) dalam mengarahkan peserta didik dalam melejitkan potensinya.

B.    Saran
Adanya konsep multiple intelligences sangat membantu dalam mengatasi berbagai persoalan pengajaran , harapan kita semua tentunya penerapn system sekolah dengan menggunakan multiple intelligences di Indonesia dapat dirasakan oleh semua kalangan tentunya hal itu dapat segera terwujud apabila adanya keikutsertaan pemerintah dalam upaya pemerataanya. MI sendiri tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman sehingga apabila niali keislaman diselaraskan dengan system ini insa Allah akan menghasilkan manusia –manusia cerdas yang bertaqwa.wallahu a’lam.