Organisasi antikorupsi Transparency International (TI) mengatakan korupsi tampaknya semakin parah di seluruh dunia. Enam dari sepuluh orang -dari sampel 90.000 orang di 86 negara- mengatakan bahwa dalam pengalaman mereka, suap menjadi semakin biasa. TI juga mengatakan seperempat dari responden mengaku membayar suap dalam waktu 12 bulan belakangan dan sebagian besar dari mereka membayar suap untuk polisi.
Direktur Riset dan Kebijakan TI, Robin Hodess, menjelaskan bahwa kecedenderungan memberi suap meningkat pesat. “Hampir berlipat ganda, dalam kenyataannya, sejak 2006. Hampir satu dari tiga orang yang pernah melakukan kontak dengan polisi di seluruh dunia harus membayar suap,” kata Hodess.
Berdasarkan survei itu, Afghanistan, Nigeria, Irak, dan India masuk dalam negara paling korup. Disusul kemudian dengan Cina, Rusia, dan sebagian negara di Timur Tengah, seperti dilaporkan wartawan Bisnis BBC, Mark Gregory. Sementara itu korupsi tingkat teri ditemukan meluas di beberapa negara, namun bukan hal biasa di kawasan negara makmur, Eropa, dan kawasan Amerika utara.
Namun, yang menarik, di negara-negara makmur tersebut terjadi peningkatan kekhawatiran akan korupsi, yang tampaknya berkaitan dengan krisis keuangan yang membuat menurunnya keyakinan akan standar etika di kalangan pemerintahan, perbankan, dan lembaga ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar