proposal kti minuman bernergi



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kesehatan adaah keadaan sejahtera dari bad, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehtan yang optimal. Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka pemerintah telah mengusahakan berbagai cara dan upaya sebagaimana dijelaskan dalam undang  – undang No. 23 tahun 1992, yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 10 yang dilakukan melalui beberapa kegiatan, dimana salah satu dari kegiatan itu adalah pengamanan makanan dan minuman. (Depkes, 1992).

Gaya hidup masyarakat Indonesia yang kini semakin meningkat menuntut fisik yang selalu bugar setiap hari. Makan atau minuman berenergi sudah menjadi suatu kebutuhan utama bagi sebagian masyarakat, terutama untuk mengembalikan stamina setelah aktivitas berat. Oleh  karena itu, minuman kesehatan dalam hal ini minuman berenergi dapat menjadi salah satu pelengkap dariberbagai upaya untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh manusia. (iqbal, 2009).
Seperti  halnya didaerah terminal rajabasa banyak dijual minuman berenergi. Sebagian besar pembeli atau pengguna minuman berenergi adalah para pengemudi kendaraan, khususnya para supir bus antar kota. Minuman berenergi memungkinkan para supir untuk selalu waspada saat berkendara, karena minuman berenergi dapat memberi efek tidak mudah lelah dan ngantuk, karena di dalam minuman berenergi terdapat kimposisi kafein yang berpearan sebagai zat aktif yang dapat menimbulkan efek tidak mudah ngantuk dan dapat menjaga stamina tubuh.

Kafein sebagai zat stimulan tingkat sedang memang seringkali dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang sangat banyak dan rutin. Namum kecanduan  kafein berdeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang dalam satu dua hari setelah konsumsi. (Elitha dan Eri, 2007).

Efek yang biasa ditimbulkan dari kafein adalah bisa menyebabkan sakit kepala, sakit perut, gugup, sulit berkonsentrasi dan peningkatan denyut jantung. Pada anak-anak tidak perlu dosis yang tinggi untuk menimbulkan gejala ini, sehingga meskipun kadarnya rendah bisa menghasilkan efek tertentu.

Pemerintah telah menetapkan standar kafein pada minuman berenergi yaitu SNI No 01-6684-2002 tentang minuman berenergi. Tujuan dari SNI tersebut adalah untuk melindungi konsumen dari efek negatif kafein yang berlebih. Namun disisi lain, konsentrasi kafein yang telah ditentukan tersebut tidak memberikan efek stamina yang instan bagi konsumen, sehingga dimungkinkan ada produsen yang meningkatkan kadar kafeinnya untuk menghasilkan efek yang cepat bagi pengkonsumsinya. Dan kadar maksimum pada minuman berenergi  berdasarkan peraturan menurut SK Dirjen POM No.PO.04.02.3.01510 dan SNI No 01-6684-2002 yaitu 50 mg persaji.

Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakan kandungan kafein dalam minuman berenergi kemasan botol yang beredar di daerah Rajabasa Bandar Lampung memenuhi syarat atau tidak. Pemilihan minuman berenergi kemasan botol sebagai sampel pada penelitian ini dikarenakan minuman berenergi kemasan botol tersebut banyak terdapat dan digunakan oleh sebagian masyarakat di sekitar terminal Rajabasa. Selain itu didalam komposisi tercantum kafein, oleh karena itu perlu diadakan penelitian yaitu penetapan kadar kafein.

Metode yang digunakan dalam penetapan kadar kafein pada minuman berenergi kemasan botol yang beredar di daerah terminal Rajabasa Bandar Lampung adalah Spektrofotometri UV-Vis. Pemilihan Metode ini dikarenakan didalam pengerjaannya hanya diperlukan sejumlah kecil zat untuk dianalisa. (Saputra,2009).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan untuk komponen yang berbeda. (Saputra, 2009).

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat bibuat suatu perumusan masalah yaitu Apakah minuman berenergi kemasan botol yang beredar di daerah terminal Rajabasa memenuhi syarat Kafein yang sesuai dengan SK Dirjen POM No.PO.04.02.3.01510 dan SNI No. 01-6684-2002 tentang minuman energi yaitu 50 mh persaji.

C.  Batasan Masalah
Penelitiasn ini di batasi pada penetapan kadar kafein dalam minuman berenergi kemasan botol yang beredar di daerah terminal Rajabasa Bandar Lampung dengan metode Spektrofotometri UV-Vis.

D.  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam minuman berenergi kemasan botol  yang beredar di daerah terminal Rajabasa Bandar Lampung memenuhi persyaratan kafein yang sesuai denagn SK Dirjen POM No.PO.04.02.3.01510 dan SNI No 01-6684-2002 yaitu 50 mg persaji.

E.  Manfaat Penelitian
1.        Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang kadar kafein pada minuman berenergi dalam kemasan botol.
2.        Memberikan informasi kepada pembaca tentang efek samping yang ditimbulkan kafein jika digunakan secara berlebih.
3.        Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya mengenai kafein.

F.   Hipotesa
Diduga pada minuman berenergi dalam kemasan botol yang beredar di daerah terminal Rajabasa mengandung kafein lebih dari persyaratan dalam SK. Dirjen POM No.04.02.3.01510 dan SNI No 01-6684-2002 yaitu 50 mg persaji atau kuarang lebih 150 mg perhari.









BAB III
METODOLOGI  PENELITIAN

A.  Tempat dan waktu  penelitian
1.    Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Sekolah Menengah Teknik Industri (SMTI) Pahoman Tanjung Karang Bandar Lampung.
2.    Waktu penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2011-05-09

B.  Alat dan Bahan
1.    Alat :
a.    Spektofotometri UV-Vis
b.    Labu takar 100 ml
c.    Kertas saring
d.   Kuvet
e.    Pipet ukur
f.     Timbangan
g.    Beaker glass
h.    Corong pisah
i.      Gelas ukur
j.      Corong gelas
k.    Pipet gondok
l.      Neraca analitik
2.    Bahan
a.    Sampel minuman berenergi
b.    Kloroform
c.    Natrium tiosulfat
d.   Kalium tiosulfat
e.    Asam Fosfat
f.     Natrium Hidroksida
g.    Kalium Permanganat
h.    Kalium Hiperklorat
i.      Aquadest
j.      Baku kafein
k.    Pembanding

C.  Metodologi Penelitian
1.    Populasi
     Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis minuman berenergi yang dijual di daerah terminal Rajabasa Bandar Lampung.
2.    Sampel
Sampel dalam penelitian ini terdiri atas tiga jenis minuman berenergi kemasan botol yang mengandung komposisi kafein. Sampel dari masing – masing minuman berenergi diambil sebanyak 1 botol dari 10 (sepuluh) pedagang dengan pengulangan masing – masing sebanyak 3 (tiga) kali. Pengmbilan sampel dilakukan dengan metode simpel random sampling yaitu secara acak.

D.  Cara Kerja
Analisa Spektrofotometri UV-Vis (Depkes RI, 2004)
a.    Larutan uji
1.        Sejumlah 10,0 ml cuplikan yang telah dihilangkan karbon dioksidanya
2.        Masukan dalam cong pisah 125 ml
3.        Tambahkan Kalium permanganat 1,5 %, dicampur
4.        Setelah tepat 5 menit di tambah 10 ml larutan pereduksi,  dicampur
5.        Ditambah 1 ml asam fosfat encer, dicampur
6.        Kemudian ditambah 1 ml larutan Natrium hidroksida
7.        Diektraksi dengan 50 ml kloroform selama 1 menit dan biarkan memisah
8.        Pisahkan lapisan kloroform, tampung kedalam labu berukuran 100 ml melalui penyaringan kertas saring
9.        Ulangi ekstraksi menggunakan 40 ml kloroform, cuci tangki corong pisah menggunakan 2-3 ml kloroform
10.    Kloroform cucian dimasukan kedalam labu berukuran 100 ml tersebut
11.    Kumpulkan ekstrak di tambah kloroform sampai tanda, kocok
12.    Ukur absorbansi larutan hasil ekstrak dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 276 nm terhadap kloroform
13.    Tentukan konsentrasi dari kurva standar dengan regresi linear dan hitung kadar kafein dalam (mg/100 ml)

b.   Larutan Stock (1000 ppm)
1.    Di timbang sejumlah 100 mg baku kafein murni
2.    Masukan dalam labu ukuran 100 ml, encerkan dengan kloreform sampai tanda, kocok dan saring.

c.    Larutan baku
a.    Siapkan 0,1 ml; 0,50 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml larutan stock dengan kadar 1 mg/ml.
b.    Masing-masing dimasukan ke dalam labu berukuran 100 ml yang berbeda
c.    Kemudian encerkan dengan kloroform sampai tanda (B1, B2, B3, B4, dan B5).
d.   Ukur absorbansi dari masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 276,5 nm.

d.   Penetapan OT (Operating Time)
a.    Masukan 5 ml stock dalam labutakar 100 ml
b.    Tambahkan kloroform pada larutan add sampai tanda
c.    Ukur transmitan pada panjang gelombang 276,5 nm, setelah 1 menit penambahan kloroform 2 menir, 3 menit, 4 menit dan seterusnya samapai 10 menit (hingga diperoleh larutan yang stabil).
d.   Catat data Operating Time
e.    Hitung absorban masing-masing dan buat kurva hubungan antara absorban dengan waktu yang diperoleh.

e.    Penetapan panjang gelombang maksimum
a.    Masukan 25 ml larutan stock kedalam labu takar 100 ml, tambahkan kloroform add sampai tanda.
b.    Dengan menggunakan blangko, ukur transmitannya menggunakan data OT yang telah doperoleh pada panjang gelombang 200 – 300 nm dengan interval 5 nm.
c.    Catat datanya, hitung absorban masing-masing dan buat kurva hubungan antara absorban dengan panjang gelombang.

f.     Identifikasi sampel/ Larutan uji
a.    Siapakan larutan uji dan larutan baku dengan konsentrasi 2 ppm.
b.    Diukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang antara 200 – 300  nm.
c.    Dibandingkan  panjang gelombang maksimum larutan uji dengan panjang gelombang larutan baku 2 ppm.
d.   Dan bandingkan pula pola kurva dari larutan uji dan pola kurva larutan baku.
e.    Jika panjang gelombang dan pola kurva larutan uji sama dengan panjang gelombang dan pola kurva larutan baku, maka sampel positif mengandung kafein.

g.    Cara pengujian sampe
a.    Siapkan larutan uji satu-persatu kedalam Spektrofotometri UV-Vis menggunakan kuvet
b.    Diukur panjang gelombang sampel yang diduga menggunakan kafein pada panjang gelombang 276,5 nm untuk melihat kesamaan antara absorban dengan baku pembanding kafein.

h.   Cara penetapan kadar
Masing-masing larutan B1,B2,B3,B4, dan B5 diukur serapan pada panjang gelombang 276,5 nm menggunakan kloroform sebagai blangko. Konsentrasi kafein dalam cuplikan dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi/persamaan garis:y=a+bx yang diperoleh dari perhitungan.

E.  Analisa Data Kadar Kafein pada Minuman berenergi
Dari hasil data yang diperoleh kadar kafein pada minuman berenergi dibandingkan dengan SNI No.01-6684-2002 tentang persyaratan minuman berenergi yaitu 50 mg persaji. Dengan pengulangan sebanyak masing-masing 3 kali pengulangan.

Perhitungan kadar kafein dalam sampel dihitung menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan garis lurus:
   y= a+bx
keterangan
y= absorban kurva kalibrasi
x= kadar larutan standar
b= slope
a= intercept
Kadar minuman berenergi adalah sebagai berikut
Kafein (mg/100 ml) 100 x C
                           10
Dengan pengrtian
C adalah konsentrasi kafein dari kurva









DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Bob A., & Sarani, Edvansius, 2008, kafein, Stimulan yang beracun dan bermanfaat, http://yosefw.wordpress.com/2008/05/22/256/, diakses pada 27 januari 20011, pukul 13.28 WIB
Depkes RI, 1994, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2004, Buku Panduan Praktikum Analisa Makanan dan Minuman, Politeknik Kesehatan, Jakarta.
Elitha, 2007, Minuman energi, http://www.elitha-eri.net/2007/12/26/mengenal-kafein-pada-minuman-bersoda/, diakses pada tanggal 30 Desember 2010, pukul 15.03 WIB.
Iqbal, Muhammad, 2009, Evaluasi Hubunagn Strategi Marketing Mix dan Kepyasan pelanggan: Studi pada Kuku Bima Ener-G, http://mako31.wordpress.com/2009/11/22/evaluasi-hubungan-strategi-maeketing-mix -dan-kepuasan-pelanggan-studi-kasus-pada-kuku-bima-ener-g/, diakses pada 13 januari 2011, pukul 11.30 WIB
Saputra, Yoki edy, 2009, Spektrofotometri, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisa/spektrofotomrtri/, diakses pada 19 januari 2011 pukul 12.39 WIB
Wibiwo, eny, 2010, Batasi Konsumsi Kafein Pada Anak, http://www.go4healthylife.com/articles/1781/1/Batas-Konsumsi-Kafein-pada-Anak/page1.html, diakses pada 21 januari 2011, pukul 11.41 WIB




Tidak ada komentar:

Posting Komentar